Merah Putih di Jantung Hutan: Suku Togutil Rayakan 80 Tahun Indonesia

oleh -98 Dilihat
oleh

Gonone. id – Di pedalaman Halmahera, jauh dari riuh pesta kemerdekaan di kota-kota besar, bendera Merah Putih tetap berkibar gagah. Pagi 17 Agustus 2025, di tepian sungai Desa Woda, Kecamatan Oba, Kota Tidore Kepulauan, upacara peringatan 80 tahun Republik Indonesia berlangsung penuh haru. Bedanya, kali ini khidmatnya doa dan lantangnya lagu kebangsaan dipersembahkan bersama warga Suku Togutil sebuah momen langka yang merekatkan kembali simpul kebangsaan dari hutan hingga kota.

Dua hari sebelumnya, tim BMH Maluku Utara menempuh perjalanan panjang. Dari Ternate menyeberang ke Sofifi, lalu menyusuri jalan darat menuju pedalaman Oba. Tujuan mereka sederhana, tapi bermakna besar: menghadirkan kemerdekaan di tengah saudara-saudara kita yang hidup di rimba.

Ketika perlengkapan upacara rampung ditata, warga Togutil mulai berdatangan. Ada yang menggandeng anak, ada yang memikul hasil hutan seadanya. Sekitar 70 orang keluar dari rimba, sebagian menempuh perjalanan kaki hingga dua malam lamanya. Mereka ingin hadir, merasakan bagaimana rasanya menyanyikan Indonesia Raya bersama warga kampung.

Dan ketika bendera Merah Putih ditarik perlahan, hening menyelimuti. Lantunan lagu kebangsaan menggema, menyatukan 70 warga Togutil dengan 50 warga kampung. Air mata jatuh tanpa bisa ditahan sebuah rasa haru yang tak bisa diukur dengan kata-kata.

Upacara ini terwujud berkat sinergi banyak pihak: BMH Maluku Utara, Koramil 1505-04/Oba, Polsek Oba melalui Bhabinkamtibmas Desa Woda, Polhut Resort Tayawi Taman Nasional Aketajawe Lolobata, hingga relawan dari Taman Baca Mesure Desa Bale Hijrah dan Gerakan Sedekah Alif Ternate.

Bripka Muhamad Hamka Sukiman bertindak sebagai Komandan Upacara, dengan Babinsa Desa Woda, Serma Habibi, sebagai Pembina Upacara. Dalam amanatnya, Habibi menyampaikan pesan mendalam “Jangan pernah membeda-bedakan antara masyarakat suku yang tinggal di hutan dengan masyarakat kampung. Mereka semua adalah warga negara Indonesia yang memiliki hak yang sama.”

Pesan itu disambut hangat. Usai upacara, tawa pecah lewat lomba 17 Agustusan dari lomba khusus warga Togutil, lomba kebersamaan, hingga lomba anak-anak. Suasana sederhana itu berubah menjadi pesta rakyat kecil, tapi dengan makna besar persaudaraan tak lagi sekadar wacana.

Sebagai penutup, paket sembako dan pakaian layak pakai dibagikan untuk warga Togutil dan kampung. Senyum merekah di wajah mereka, sebuah simbol bahwa kemerdekaan tak hanya diukur dari bendera yang berkibar, melainkan juga kasih sayang yang nyata.

Hari itu, Indonesia terasa utuh kembali. Merah Putih tak hanya berkibar di kota, di istana, atau di medan perang sejarah. Ia berkibar juga di hutan, di hati Suku Togutil, di tengah aliran sungai yang tenang. Dan dari pedalaman Halmahera, pesan itu bergema: kemerdekaan adalah milik semua, tanpa kecuali.(AA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.