Mendorong Digitalisasi Pelabuhan: Memet Dukung Transaksi Non Tunai di Loleo

oleh -119 Dilihat
oleh

Gonone.id – Upaya Pemerintah Kota Tidore Kepulauan dalam mendorong transformasi digital, khususnya dalam tata kelola keuangan daerah, mendapat respons positif dari Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pengelola Pelabuhan Loleo. Hal ini disampaikan langsung oleh Kasubag Kepegawaian UPTD, Mujammad Saleh Jamaludin akrab disapa Memet usai melakukan setoran pendapatan jasa pelabuhan di Kantor Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA), beberapa waktu lalu.

Kepada media ini, Memet menegaskan dukungannya terhadap rencana penerapan sistem transaksi non tunai di Pelabuhan Loleo. Menurutnya, langkah ini akan memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Tidore Kepulauan.

“Ini sejalan dengan keinginan besar Walikota kita, Ayah Erik dan Abang Laiman. Digitalisasi transaksi adalah bagian dari sistem yang transparan dan akuntabel,” ujar Memet sambil menunjukkan berkas laporan bulanan.

 

Aktivitas Spid: Padat, Teratur, dan Menjanjikan

Dalam laporan aktivitas spid (speedboat) di Pelabuhan Loleo, Memet merinci bahwa sejak Januari hingga Juni 2025, tercatat sebanyak 80.219 penumpang keluar dari Pelabuhan Loleo. Angka ini menunjukkan intensitas mobilitas warga yang tinggi, baik tujuan Kota Baru, Ternate, maupun pusat Kota Tidore.

Pelayanan spid diatur dalam tiga shift operasi per hari. Total ada 18 unit spid yang beroperasi setiap shift, dengan pembagian sebagai berikut:

Loleo – Kota Baru Tidore: 9 unit stay di Loleo, 9 unit stay di Goto Tidore.

Loleo – Kota Baru Ternate: 9 unit stay di Loleo, 9 unit stay di Ternate.

Loleo – Ternate langsung: 24 unit spid beroperasi setiap hari.

“Secara total, ada 54 spid yang standby dan siap beroperasi setiap hari. Ini angka yang sangat potensial bagi digitalisasi sistem transaksi. Harusnya sudah layak non tunai,” tegas Memet.

Pelabuhan Loleo, Sofifi, dan Galala Butuh Perhatian Setara

Meski memberi sorotan pada Pelabuhan Loleo, Memet juga menggarisbawahi pentingnya pemerataan perhatian pemerintah terhadap pelabuhan-pelabuhan lainnya di Kota Tidore, seperti Pelabuhan Sofifi dan Pelabuhan Galala. Keduanya, menurut Memet, memiliki peran strategis dalam konektivitas dan pergerakan ekonomi masyarakat.

“Pemerintah sudah mulai memperhatikan Pelabuhan Sofifi. Tapi saya pikir, Pelabuhan Galala juga patut menjadi titik fokus ke depan. Distribusi perhatian itu penting agar semua kawasan berkembang secara adil,” tutupnya.

Langkah digitalisasi bukan sekadar alat modernisasi. Ia adalah pintu masuk menuju penguatan tata kelola publik, mempersempit ruang manipulasi, dan memberikan kenyamanan bagi warga pengguna jasa. Di tengah geliat konektivitas antarwilayah, semangat ini tampak nyata di Pelabuhan Loleo dan Memet adalah salah satu wajah di balik kerja senyap itu.(Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.