Gonone. Id, — Di sudut tenang sebuah rumah makan kecil, Teras Ngemil, pagi itu berlangsung pertemuan yang tidak mewah, tidak protokoler, namun justru sarat makna. Jumat ini, seperti ingin menandai suasana yang penuh keberkahan, Kapolresta Tidore AKBP Heru Budiharto, awak media lokal, dan Ketua Pokdar Kamtibmas duduk bersama dalam suasana akrab tak sekadar menyeduh kopi, tetapi juga merawat kepercayaan.jumat/4/7/2025
Tema yang diangkat hari itu mungkin terdengar administratif: “Sinergitas Dalam Memberikan Informasi Kepada Masyarakat.” Namun, bagi mereka yang hadir, diskusi ini melampaui tema. Ia bicara tentang pentingnya merawat rasa aman, bukan hanya lewat patroli dan hukum, tetapi lewat komunikasi yang jujur, kesediaan untuk saling mendengar, dan semangat membangun kota sebagai ruang bersama.
Salah satu suara paling penting datang dari Muhammad Abubakar, Ketua Pokdar Kamtibmas Polresta Tidore yang lebih dikenal dengan inisial M.A. Dalam suasana santai tapi penuh empati, M.A menyampaikan apresiasinya secara terbuka kepada Kapolresta Tidore.
“Langkah Kapolresta ini menambah kehangatan hubungan yang telah sekian lama kita bangun. Ini tentang saling memberi dan menerima dalam arus informasi kamtibmas. Tujuan kita satu: menciptakan dan memelihara keamanan di Kota Tidore,” ujarnya, dengan nada yang tenang tapi kuat, meyakinkan bahwa kerja keamanan bukan hanya milik polisi, melainkan hasil gotong royong semua pihak.
Mitigasi dengan Pendekatan Kolaboratif
M.A juga menilai Kapolresta Heru Budiharto sebagai sosok yang memiliki kemampuan mitigasi yang jarang dibicarakan di forum-forum formal yakni kemampuan membaca potensi konflik sejak dini dan menyelesaikannya tanpa menimbulkan kegaduhan. Ia menyebut soal pencegahan peredaran miras dan tindak kejahatan jalanan sebagai contoh keberhasilan pendekatan kolaboratif yang dijalankan selama ini.
“Daerah ini aman, tentu yang untung kita semua. Masyarakat bisa tidur tenang, anak-anak bisa bermain lepas. Kami dari Pokdar selalu siap mendukung giat-giat Polresta,” lanjutnya.
Heru Budiharto: Polisi yang Mau Mendengar
Sementara itu, Kapolresta Heru Budiharto menanggapi dengan gaya khasnya—bersahaja, hangat, tapi penuh ketegasan. Tak ada pidato yang disiapkan panjang. Ia hanya menyampaikan apa yang penting: niat untuk membuka ruang dialog.
“Kami ingin lebih mengenal para rekan media, mitra kerja kami selama ini. Sinergitas yang telah dibangun harus dipertahankan, bahkan ditingkatkan. Jika ada informasi atau klarifikasi, saya terbuka. Jangan ragu hubungi kami,” kata Heru, menandaskan bahwa Polresta tidak hanya ingin didengar, tetapi juga siap mendengar.
Pernyataan seperti ini, jika diucapkan di kota besar, mungkin akan terdengar normatif. Tapi di kota kecil seperti Tidore, di mana semua orang saling mengenal, keterbukaan seperti itu punya nilai yang dalam. Ia bukan sekadar strategi komunikasi, tapi ikrar untuk hadir sebagai sesama warga.
Kota Kecil, Semangat Besar
Dalam iklim demokrasi lokal seperti di Tidore, keamanan bukan hanya ditentukan oleh kekuatan lembaga, tapi oleh kualitas hubungan sosial. Dan pagi itu, Teras Ngemil bukan lagi sekadar rumah makan, melainkan ruang publik informal yang menghidupkan demokrasi dari akar.
Makan siang yang kemudian menyusul—dengan kehadiran Wakapolresta dan jajaran Polresta lainnya—menjadi simbol penutup yang sempurna. Tidak ada sekat. Tidak ada meja khusus untuk pejabat. Semua setara. Semua hadir.
M.A menutup pertemuan dengan sebuah harapan yang menggema:
“Mudah-mudahan pertemuan seperti ini bisa terus berlanjut. Kota ini milik kita bersama, mari kita jaga dengan hati.”
Hari itu adalah hari Jumat. Bagi banyak orang, hari yang mulia. Dan pagi itu, di sebuah kota kecil di Tidore, kemuliaan itu bukant hadir dalam bentuk seremoni, tapi dalam kehangatan obrolan, ketulusan apresiasi, dan tekad untuk menjaga rumah bersama yang bernama Tidore. (Red)