Enam Hakim Baru Dilantik di PN Soasio: Integritas dan Nurani Jadi Kompas Menegakkan Hukum

oleh -59 Dilihat
oleh

TIDORE KEPULAUAN — Dalam ruang sidang utama yang pagi itu terasa lebih hening dari biasanya, Pengadilan Negeri (PN) Soasio melangsungkan prosesi pelantikan enam hakim baru. Di balik toga dan sumpah yang terucap, hadir sebuah pesan sunyi: bahwa keadilan bukan hanya soal aturan, tapi juga soal keberanian menjaga nurani.

Kamis, 26 Juni 2025, adalah hari yang menandai awal perjalanan bagi enam orang Christopher Surya Salim, S.H; Jokha Gideon Wibawa Purba, S.H; Muhammad Ardhymas Lazuardi, S.H; Fardi Prabowo Jati, S.H; Martogi Roland Pahala, S.H; dan Pandu Dewanata, S.H. yang resmi bergabung dalam barisan penjaga keadilan di wilayah Tidore Kepulauan.

Ketua PN Soasio, Asma Fandu, S.H., M.H., dalam sambutannya tak hanya menyerahkan mandat hukum, tetapi juga mengingatkan bahwa jabatan hakim adalah panggilan tanggung jawab yang tak bisa dijalani dengan setengah hati.

“Saudara-saudara hari ini tidak hanya menerima jabatan, tetapi juga tanggung jawab moral untuk menegakkan hukum dengan berani, jujur, dan berintegritas,” ujar Asma, tegas, namun dengan suara yang mengandung harap.

Rangkaian upacara dimulai dengan pembacaan Surat Keputusan dari Mahkamah Agung Republik Indonesia. Lalu satu per satu, nama-nama itu dipanggil untuk mengucap sumpah, dipimpin oleh rohaniwan. Tidak banyak kata yang diucap, tetapi setiap kalimat mengandung bobot: tanggung jawab terhadap hukum, terhadap masyarakat, dan terhadap nurani sendiri.

Di antara mereka, Jokha Gideon Wibawa Purba, S.H., menjadi salah satu yang menyuarakan refleksi pasca-pelantikan.

“Ini adalah langkah awal yang membawa tanggung jawab besar. Kami siap bekerja dengan hati nurani demi kepastian hukum dan rasa keadilan bagi masyarakat,” tuturnya, perlahan tapi penuh keyakinan.

Dalam tradisi peradilan yang kerap dibayangi formalitas dan jarak, pelantikan ini menjadi momen pengingat bahwa hukum tidak lahir di ruang kosong. Ia tumbuh di tengah masyarakat, membawa luka dan harapan orang banyak, dan hanya akan berarti jika ditegakkan oleh mereka yang tidak lupa menjadi manusia.

Pelantikan ini bukan sekadar penambahan jumlah hakim. Ia adalah investasi pada nilai. Kehadiran enam hakim muda diharapkan memperkuat wajah pengadilan yang lebih terbuka, responsif, dan berpihak pada rasa keadilan yang hidup di tengah rakyat.

Upacara ditutup dengan doa, lalu pelukan dan ucapan selamat dari keluarga serta rekan sejawat. Ada tekad yang tumbuh dalam diam. Karena bagi seorang hakim, panggilan kerja bukan soal jabatan, tapi keberanian untuk memihak pada kebenaran meski sunyi, meski sendiri.(Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.