Aksi Bersih Sampah Plastik di Pulau Maitara: Gen Z Bergerak, Pemerintah Mendukung, Lingkungan Menanti

oleh -983 Dilihat
oleh

TIDORE KEPULAUAN- Di bawah panas matahari awal Juni yang mulai meninggi, suara sepatu karet bergesek di tanah dan botol plastik beradu di dalam karung menjadi irama sunyi dari aksi kecil yang punya makna besar. Di Desa Akebay, Pulau Maitara, ratusan orang menyatu dalam gerakan yang sederhana tapi mendesak: membersihkan sampah plastik.

Aksi ini bukan sekadar simbolis. Ia tumbuh dari kepedulian kolektif dan diperkuat oleh kolaborasi lintas usia, profesi, dan institusi. Dalam rangka menyambut Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2025 yang mengusung tema “Ending Plastic Pollution”, Dinas Lingkungan Hidup Kota Tidore Kepulauan bersama Tim Penggerak PKK, Dharma Wanita Persatuan, komunitas peduli lingkungan, dan organisasi anak muda seperti GENIUS (Gen Z Juga Bisa Serius) berkumpul untuk satu tujuan: menolak pasrah terhadap krisis sampah plastik.

“Kami hadir hari ini bukan karena ini agenda seremonial,” ujar Rifaldi Muhammad Taher, Ketua GENIUS, yang berdiri di antara remaja-remaja lain yang tangannya masih kotor oleh sisa plastik yang dikumpulkan. “Kami datang karena ini panggilan untuk merawat kehidupan. Kami ingin kegiatan seperti ini juga bisa dilaksanakan di kecamatan-kecamatan lain di luar Pulau Tidore. Karena bumi tidak mengenal batas administratif,” tegasnya.

Rifaldi bukan satu-satunya yang bicara dengan hati. Dalam apel bersama yang digelar pagi itu, Rahmawati Muhammad Sinen, Ketua TP-PKK Kota Tidore sekaligus istri Wali Kota, menyampaikan pesan bernada serupa. Ia menyebut aksi ini sebagai bentuk cinta paling nyata terhadap alam.

“Ini memang tidak mudah,” ucap Rahmawati, suaranya tegas namun lembut. “Tetapi jangan sampai aksi ini berhenti di sini. Teruslah bergerak. Jangan pernah lelah membersihkan dan menyadarkan. Karena ketika kita menyerah, sampah akan menang.”

Sementara itu, mewakili Wali Kota, Staf Ahli Bidang Hukum, Politik dan Pemerintahan, Asis Hadad, menyatakan bahwa pemerintah Kota Tidore Kepulauan mengambil bagian dari tanggung jawab kolektif ini. “Darurat sampah bukan sekadar istilah. Ini fakta yang kita hadapi tiap hari. Mari ubah kesadaran menjadi aksi,” katanya.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Muhammad Syarif, dalam laporannya menambahkan bahwa aksi ini menyasar dua titik strategis: Desa Akebay dan Jiko Cobo. Keduanya merupakan lokasi wisata yang kini juga menjadi garda depan perlawanan terhadap polusi plastik.

“Setelah aksi ini, kami lanjutkan dengan pemilahan dan penimbangan sampah di Bank Sampah Induk Makumote. Ini bukan akhir. Ini awal dari ekosistem perubahan yang lebih berkelanjutan,” jelasnya.

Turut hadir dalam kegiatan ini unsur Forkopimcam Tidore Utara, camat, lurah, kepala desa, kelompok adat seperti Pasukan Sogoroho Gam, hingga warga biasa yang meninggalkan kesibukan pagi untuk datang membawa karung, sapu lidi, dan niat baik.

Di tengah dunia yang semakin keras dengan iklim dan bencana ekologis, langkah kaki para relawan muda di Akebay mungkin terdengar kecil. Tapi seperti kata pepatah lama, sungai besar dimulai dari tetes-tetes kecil. Dan di Pulau Maitara hari ini, tetesan itu telah berubah menjadi gelombang kecil yang mungkin suatu saat akan menjadi arus besar perubahan.(AA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.