SIPEREKAT PBI: Akses Kesehatan yang Lebih Setara dan Responsif

oleh -135 Dilihat
oleh

Sekretaris Dinsos Tidore Luncurkan Inovasi

TIDORE KEPULAUAN — Ketimpangan dalam akses layanan kesehatan bukan hanya persoalan geografis, tapi juga administratif. Itulah yang coba dijawab oleh Amin Hasan, S.Pd, Sekretaris Dinas Sosial Kota Tidore Kepulauan, lewat inovasi yang diluncurkannya: SIPEREKAT PBI  Sistem Informasi Pengaduan Reaktivasi Kartu Indonesia Sehat (KIS) Penerima Bantuan Iuran.

Inovasi ini tak hanya menyasar efisiensi birokrasi, tapi juga menyentuh inti dari persoalan: pemenuhan hak dasar warga atas jaminan kesehatan. Dalam penjelasannya, Amin Hasan menyebut bahwa SIPEREKAT PBI hadir sebagai aplikasi berbasis digital yang bisa langsung diunduh oleh masyarakat melalui perangkat Android.

“Selama ini masyarakat kita yang KIS-nya tidak aktif harus ke kantor. Sekarang tidak lagi,” ujar Amin dalam peluncuran yang berlangsung sederhana namun sarat makna. Ia menambahkan, “Cukup melalui aplikasi ini, pengaduan bisa dikirimkan, dan admin kami akan langsung menindaklanjutinya.”

Sistem ini mengintegrasikan pelaporan dengan tindak respons cepat, memotong jalur birokrasi yang kerap membuat warga, terutama dari kelompok rentan, kehilangan momentum untuk mendapatkan layanan kesehatan tepat waktu. Kolaborasi juga disebutkan akan terus diperkuat dengan Dinas Kesehatan dan BPJS Kesehatan Kota Tidore Kepulauan, agar setiap pengaduan dapat segera diproses dan tidak berlarut.

Hingga saat ini, cakupan kepesertaan BPJS Kesehatan di Kota Tidore Kepulauan telah mencapai 98,82 persen. Angka yang nyaris menyentuh total populasi ini menjadi dasar bagi pemerintah kota untuk menyatakan status Universal Health Coverage (UHC) telah tercapai. Namun, seperti yang sering kali terjadi di banyak daerah, capaian angka tak selalu setara dengan kenyataan di lapangan.

Maka dari itu, SIPEREKAT PBI menjadi alat koreksi sekaligus jembatan, bukan hanya antara masyarakat dan pemerintah, tetapi juga antara hak dan kenyataan. Ini penting, terutama di wilayah seperti Kepulauan, di mana hambatan struktural kerap menyisihkan mereka yang paling membutuhkan.

Lebih jauh, peluncuran ini menyuarakan bahwa inovasi tidak harus megah, tapi harus menyentuh. Ia harus berpihak, terutama kepada mereka yang suaranya sering hilang dalam hiruk-pikuk pelayanan publik. SIPEREKAT PBI bukan sekadar aplikasi ia adalah penegasan bahwa negara hadir, bahkan dari gawai kecil di tangan warga.

“Inovasi ini kami hadirkan agar tidak ada warga yang kesulitan mendapatkan layanan kesehatan hanya karena KIS-nya tak aktif. Kami ingin, saat mereka membutuhkan, mereka tahu ke mana harus mengetuk pintu. Dan pintu itu sekarang ada di tangan mereka,” tutup Amin.

Inilah wajah pelayanan sosial yang tak hanya mendengar, tapi juga merespons cepat, tepat, dan setara.(AA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.