Di Tanah Kelurahan Seli, Abdurachman Arsad Menanam Harapan

oleh -179 Dilihat
oleh

TIDORE- Langkah kaki Abdurachman Arsad menjejak tanah Seli, Senin siang itu (28/4). Di kompleks kecil bernama Kebun Hate Jati, Ketua Komisi II DPRD Kota Tidore Kepulauan itu disambut tak hanya oleh warga Kelurahan Seli, tapi juga oleh harapan-harapan yang tumbuh dari ladang-ladang kecil.

Ini adalah reses ketiganya dalam sepekan terakhir  setelah Jiko Cobo dan Mafututu  bagian dari perjalanan yang ia sebut sebagai “kewajiban mendengar.” Tapi hari itu, suara-suara yang ia dengar tak sekadar permintaan biasa. Mereka datang dari petani hortikultura, yang hidup dari siklus tiga bulanan tomat dan cabai, yang menggantungkan musim panen pada kemurahan langit dan ketidakpastian harga pasar.

“Petani kita di sini butuh alat sederhana, alat sinta, hanspair, profil tank untuk air,” jelas On, sapaan akrab Abdurachman, di sela perbincangan. “Mereka tidak menuntut banyak, hanya alat bantu agar hasil kebunnya layak dihargai.”

Kelompak tani yg tersebar di wilayah Tidore Timur dan Kecamatan Tidore, para petani bersuara jujur. Mereka tidak sekadar meminta bantuan alat, tapi juga sebuah sistem yang adil. Ketika hasil panen diambil para pengepul yang akrab disebut dibo-dibo mereka ingin harga yang tidak memukul balik keringat mereka. Mereka ingin dihargai, bukan dikasihani.

On mendengarkan semua itu dengan sikap lebih sebagai sahabat ketimbang pejabat. Ia tahu, memperbaiki satu rantai pertanian bukan semata soal alat, tapi menyangkut strategi: pengaturan musim tanam, pengelolaan air, sampai keterhubungan ke pasar.

“Kalau semua tanam barengan, hasil membanjiri pasar sekaligus dan harga jatuh. Kita harus belajar mengatur waktu tanam,” katanya, sambil menggelar rencana yang sejalan dengan program Wali Kota Muhammad Sinen dan Wakilnya, Ahmad Laiman: membuka jalan dari lahan ke pasar.

Dalam percakapan yang mengalir santai di antara terik dan angin lembut Seli, On menutup pertemuan itu dengan mengutip Surat Al-Baqarah ayat 261. Sebait ayat tentang pahala berlipat bagi yang berinfak di jalan Allah, ia hubungkan dengan semangat berbagi untuk petani.

“Yang kita bantu hari ini,” ujarnya pelan, “mudah-mudahan tumbuh menjadi tujuh puluh kali lipat kebaikan. Untuk mereka, untuk kita semua.”

Di sela senyum dan salam perpisahan, tanah Seli terasa lebih hidup sore itu  bukan hanya oleh matahari yang menurun di ufuk barat, tapi oleh secercah harapan baru yang ditanam di hati para petani.(@b)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.