TIDORE – Dalam semangat Hari Kesiapsiagaan Bencana, seruan hangat dan penuh makna kembali digaungkan oleh Kepala Pelaksana BPBD Kota Tidore Kepulauan, Muhammad Abubakar, M.Si—atau yang akrab disapa M A. Dengan sapaan khasnya, “Hallo Sobat Tangguh…”, M A mengajak masyarakat untuk menjadikan kesadaran akan bencana sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.
“Pemerintah Kota Tidore Kepulauan melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah menghimbau masyarakat untuk berpartisipasi aktif terhadap pentingnya kesiapsiagaan bencana dan membangun budaya sadar bencana. Semua ini demi mengurangi risiko, demi saling menjaga,” ujar M A dengan nada penuh keyakinan.
Tak sekadar ajakan, M A membingkai pendekatannya dengan kearifan lokal. “Kami punya istilah SSB—Sugulu Sagala Bahlak, artinya menjauhkan diri dari segala musibah,” jelasnya. Sebuah frasa lokal yang bukan hanya ungkapan, tetapi manifestasi dari cara hidup yang memuliakan harmoni antara manusia dan alam.
Dalam kerja-kerja kebencanaan, BPBD Tidore mengacu pada SPM atau Standar Pelayanan Minimal, yang dijalankan melalui indikator-indikator penanggulangan bencana yang ditetapkan pusat. Tak hanya itu, M A juga menyebut pentingnya KRB—Kajian Risiko Bencana—sebagai dasar dalam menentukan arah mitigasi dan respons.
“Kami berkiblat pada petunjuk pusat, namun tetap membawa jiwa lokal. Di Tidore, adat dan budaya tidak hanya warisan, tapi menjadi panduan dalam setiap langkah,” tambahnya.
Mengusung semangat “Siap Untuk Selamat”, M A menutup ajakannya dengan kalimat yang menggugah hati: “Kita jaga Alam, Alam Jaga Kita.” Di akhir, ia tak lupa menyisipkan salam khas Tidore yang hangat: Tidore Jang Foloi. Sukur dofu dofu.
Sebuah sapaan sederhana, namun sarat makna. Karena dalam kesiapsiagaan, yang dibutuhkan bukan hanya logistik dan strategi, tetapi juga semangat kolektif, bahasa cinta terhadap tanah kelahiran, dan keberanian untuk merawat satu sama lain.(AA)
