Misi Dagang Jatim-Malut: Sejarah Baru, Neraca Perdagangan Mulai Berubah

oleh -193 Dilihat
oleh

TERNATE – Angka transaksi dalam Misi Dagang dan Investasi Jawa Timur – Maluku Utara ke-3 tahun ini mencatatkan sejarah baru. Dengan total nilai Rp 568,04 miliar, pertemuan antara pelaku usaha kedua provinsi ini bukan sekadar ajang jual beli, tetapi penanda perubahan arah perdagangan yang lebih seimbang.

Bagi Maluku Utara, pencapaian ini lebih dari sekadar angka. Untuk pertama kalinya, nilai ekspor mereka ke Jawa Timur melampaui nilai impor. Data menunjukkan, pelaku usaha Jawa Timur mencatat penjualan sebesar Rp 271,67 miliar, sementara pembelian mereka dari Maluku Utara justru lebih tinggi, mencapai Rp 296,36 miliar.

“Ini momen yang membanggakan. Kita mulai memperkecil defisit perdagangan yang selama ini ada. Artinya, produk-produk Maluku Utara semakin diminati dan mampu bersaing di luar daerah,” ujar Gubernur Maluku Utara, Sherly Laos, dalam pernyataannya.

Dibandingkan dengan misi dagang sebelumnya, capaian ini menunjukkan lonjakan signifikan. Tahun 2021, transaksi dagang antara kedua provinsi mencapai Rp 500,22 miliar. Namun, tahun 2023 mengalami penurunan cukup tajam menjadi Rp 380,81 miliar. Kenaikan drastis tahun ini memberi sinyal kuat bahwa hubungan dagang kedua wilayah semakin kokoh, sekaligus mengukuhkan posisi Maluku Utara dalam rantai perdagangan nasional.

Rantai Pasok yang Menguntungkan Kedua Pihak

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, menegaskan pentingnya sinergi dalam mengembangkan sektor unggulan masing-masing daerah.

“Maluku Utara kaya akan hasil laut dan rempah-rempah, sementara Jawa Timur memiliki kekuatan di industri pengolahan dan distribusi. Kombinasi ini bisa menciptakan rantai pasok yang saling menguntungkan,” kata Khofifah.

Dalam transaksi tahun ini, komoditas unggulan Maluku Utara yang dibeli Jawa Timur mencakup Ikan Tenggiri, Ikan Layur Beku, Buah Pala, Rumput Laut, Arang Tempurung Kelapa, Cumi-Cumi, dan Udang Vaname. Sebaliknya, Maluku Utara mengimpor berbagai kebutuhan dari Jawa Timur, seperti produk perikanan olahan, rokok, bahan material, ayam beku, minyak goreng, tepung, kedelai, benih hortikultura, beras, dan telur.

Namun, bagi Maluku Utara, transaksi ini bukan sekadar soal volume perdagangan. Sherly Laos menekankan bahwa sudah saatnya daerahnya tidak hanya mengekspor bahan mentah, melainkan mulai mendorong hilirisasi produk.

“Kita tidak boleh hanya menjual bahan mentah. Ke depan, kita harus mendorong hilirisasi agar produk kita punya nilai tambah sebelum dijual,” tegasnya.

Dukungan Jatim untuk Hilirisasi Maluku Utara

Jawa Timur, sebagai salah satu pusat industri pengolahan di Indonesia, melihat potensi besar dalam kerja sama ini. Khofifah menyatakan bahwa pihaknya siap mendukung pengembangan industri berbasis sumber daya lokal di Maluku Utara.

“Kami siap mendukung pengembangan industri pengolahan hasil perikanan dan rempah-rempah di Maluku Utara. Dengan kerja sama yang erat, kita bisa membangun rantai pasok yang lebih kuat,” ucapnya.

Ke depan, tantangan bagi Maluku Utara adalah memastikan bahwa pertumbuhan ini bisa berkelanjutan. Tidak hanya dalam angka transaksi, tetapi juga dalam daya saing produk lokal di pasar yang lebih luas. Jika hilirisasi benar-benar dijalankan dengan serius, bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun ke depan, Maluku Utara akan menjadi pemain utama dalam perdagangan nasional.(AA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.