Ketika Cahaya Menjadi Janji Negara di Pulau Mare

oleh -417 Dilihat
oleh

Gonone.id — Di sebuah pulau kecil di selatan Tidore, cahaya akhirnya tak lagi mengenal jeda. Pada 23 Desember 2025, listrik menyala penuh selama 24 jam di Pulau Mare. Bagi warga, ini bukan sekadar soal lampu yang tak lagi padam. Ini tentang janji negara yang akhirnya tiba.

Hatta Hamjah, tokoh pemuda Pulau Mare, menyebut hari itu sebagai peristiwa bersejarah. Selama bertahun-tahun, warga hanya menikmati listrik dengan waktu terbatas 18 jam sehari. Selebihnya, malam harus dinegosiasikan dengan gelap.

“Alhamdulillah. Sila kelima Pancasila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia hari ini kami rasakan secara nyata,” kata Hatta dalam wawancara dengan media ini, di Desa Maregam.
Listrik 24 jam, bagi Hatta dan warga Pulau Mare, adalah simbol kehadiran negara di wilayah yang selama ini hanya disebut dalam peta. Ia datang membawa terang, tetapi juga harapan.

Apresiasi pun disampaikan kepada Pemerintah Pusat dan Kementerian ESDM, Pemerintah Provinsi Maluku Utara, serta Pemerintah Kota Tidore Kepulauan. Komitmen pemerataan energi, kata Hatta, akhirnya menjangkau pulau yang selama ini berada di pinggir arus pembangunan.

Ucapan terima kasih juga diarahkan kepada PT PLN (Persero) UP3 Ternate UIW Maluku–Maluku Utara. Di balik kabel dan tiang listrik, ada kerja keras petugas lapangan yang harus berdamai dengan laut, cuaca, dan bentang geografis kepulauan.

“Kehadiran listrik 24 jam ini adalah infrastruktur dasar yang sangat penting untuk mengurangi kesenjangan antarwilayah,” ujarnya.

Bagi warga Pulau Mare, listrik bukan sekadar penerangan. Ia adalah energi optimisme. Dengan listrik yang menyala sepanjang hari, usaha kecil dapat beroperasi lebih lama. Kulkas, mesin jahit, komputer, dan berbagai peralatan elektronik kini menjadi alat produktivitas, bukan sekadar barang mewah.

Di rumah-rumah sederhana, anak-anak bisa belajar tanpa dibatasi waktu. Di fasilitas umum puskesmas pembantu, kantor desa pelayanan publik dapat berjalan lebih maksimal. Akses terhadap informasi dan teknologi pun terbuka lebih lebar.

Listrik 24 jam, dalam konteks ini, adalah fondasi masa depan. Langkah awal menuju kemandirian energi, pembangunan daerah yang lebih adil, dan masyarakat yang berdaya saing.
“Semoga cahaya listrik ini membawa keberkahan, kemajuan, dan kesejahteraan bagi kita semua,” tutur Hatta.

Di Pulau Mare, cahaya kini tak hanya menerangi malam. Ia menegaskan satu hal sederhana namun mendasar: bahwa keadilan sosial, sesekali, benar-benar bisa dirasakan dari sebuah sakelar yang menyala tanpa henti.(NN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.