Usulan Gelar Pahlawan Nasional Sultan Zainal Abidin Syah, DPRD Tidore Datangi Kemensos

oleh -151 Dilihat
oleh

Gonone id, Jakarta – Di balik gedung Kementerian Sosial RI yang ramai, Wakil Ketua DPRD Kota Tidore Kepulauan, Ridwan Moh Yamin, membawa sebuah pesan dari tanah kelahirannya. Pesan itu sederhana, tetapi sarat makna: mengingatkan negara pada jasa Sultan Zainal Abidin Syah, pemimpin yang teguh mempertahankan Papua dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sejak 2021, nama Sultan Zainal Abidin Syah telah diajukan sebagai Pahlawan Nasional. Namun hingga kini, pengakuan resmi itu belum kunjung datang. “Kedatangan kami bukan untuk menuntut, melainkan mempertanyakan. Mengapa sosok yang begitu besar jasanya masih tertunda penetapannya?” ujar Ridwan setelah pertemuan dengan Direktur Pemberdayaan Masyarakat Kemensos, Radik Karsadiguna.

Ridwan mengingatkan, Sultan Zainal Abidin Syah adalah Gubernur Provinsi Perjuangan Irian Barat yang pertama. Sejarah mencatat, ia menolak segala bujukan Pemerintah Hindia Belanda, meski tawaran kekuasaan dan harta terbentang di hadapannya. Sebaliknya, Sultan memilih jalan yang berat: mempersembahkan rakyat dan wilayah Kesultanan Tidore untuk perjuangan mempertahankan Papua di bawah Merah Putih. “Itu bukan sekadar sikap politik, tapi pengorbanan penuh jiwa raga. Catatan diplomasi beliau banyak tersimpan di arsip nasional,” kata Ridwan.

Kemensos, melalui Radik Karsadiguna, memastikan bahwa usulan tersebut sudah melalui kajian akademis, historis, dan administratif. “Semua persyaratan terpenuhi. Peluangnya sangat terbuka, tapi prosesnya memang berlapis. Dewan Gelar akan bersidang bersama TP2GP dan tim Kemensos, lalu hasilnya disampaikan kepada Presiden untuk ditetapkan melalui Keppres,” jelas Radik.

Bagi masyarakat Tidore, perjuangan ini bukan semata soal gelar. Ia adalah cara untuk mengembalikan sejarah ke tempat yang layak. Sultan Zainal Abidin Syah, tokoh yang dalam sunyi memilih kesetiaan pada republik, telah menorehkan teladan tentang keteguhan, pengorbanan, dan cinta tanah air.

“Ini bukan tentang penghormatan bagi keluarga atau daerah kami,” ujar Ridwan, “tapi tentang bangsa yang berutang pada seorang pemimpin yang menolak tunduk pada kolonialisme. Sejarah harus diberi suara, dan suara itu adalah pengakuan sebagai Pahlawan Nasional.”(Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.