Idul Adha Pertama di Oba: Simbol Pengakuan, Langkah Strategis Pemerintahan Sinen–Laiman

oleh -1028 Dilihat
oleh

TIDORE KEPULAUAN-  Ada yang berbeda dari perayaan Idul Adha tahun ini di Kota Tidore Kepulauan. Untuk pertama kalinya dalam sejarah kota, pelaksanaan Shalat Idul Adha dipusatkan bukan di pusat kota, melainkan di Kecamatan Oba, tepatnya di Kelurahan Payahe. Peristiwa ini bukan sekadar perpindahan lokasi. Ia mencerminkan pergeseran pandangan, arah pembangunan, dan pengakuan akan ruang yang selama ini terpinggirkan.

Ardiansyah Fauzi, Ketua Komisi III DPRD Kota Tidore Kepulauan, menyampaikan bahwa sejak republik ini berdiri dan sejak pergantian walikota demi walikota, tak pernah sekali pun Hari Raya Islam besar digelar di kecamatan. Tradisi itu pecah pada tahun 2025, di bawah kepemimpinan Wali Kota Muhammad Sinen dan Wakil Wali Kota Ahmad Laiman.

“Ini bukan hanya soal salat berjamaah,” ujar Ardiansyah. “Ini tentang visi. Tentang bagaimana Oba, khususnya Kelurahan Payahe, mulai dilihat sebagai wajah baru pembangunan Kota Tidore ke depan.”

Menurutnya, Payahe bukan hanya simbol. Ia adalah titik vital yang mulai berdenyut selama 24 jam. Kini, aktivitas warga, perdagangan, hingga logistik tak lagi tidur. Dalam bayangan lima sampai sepuluh tahun ke depan, kawasan ini akan menjadi pintu gerbang utama bagi pergerakan ekonomi dan industri. Sebuah buffer zone bagi pengembangan kawasan industri strategis.

Di tengah mimpi besar Indonesia dalam proyek kendaraan listrik bernilai Rp114 triliun di Halmahera Tengah yang menjadi program unggulan Presiden Prabowo Payahe diposisikan sebagai kawasan penyangga. Terminal transportasi, pusat distribusi hasil pertanian, serta suplai pangan akan bertumpu dari sini.

Masyarakat Oba Mendapat Jawaban

Keputusan ini pun, kata Ardiansyah, tidak berdiri sendiri. Ia adalah tanggapan atas kerinduan masyarakat. Lewat surat resmi dari Badan Kemakmuran Masjid (BKM), permintaan warga untuk menjadi tuan rumah Idul Adha disambut oleh Walikota Muhammad Sinen akrab disapa Ayah Erik dan Wakil Wali Kota Ahmad Laiman.

Uli Hamisi, tokoh masyarakat, menyebut bahwa aspirasi ini telah lama tumbuh. Dan pagi 6 Juni 2025 itu, ketika kumandang takbir mengudara dari Masjid Raya As-Syuhada, kerinduan itu akhirnya menemukan bentuknya.

Sebanyak enam ekor sapi kurban dari Pemerintah Kota juga didistribusikan, tak hanya ke Payahe, tetapi juga ke beberapa desa di sekitarnya.

“Ini bukan sekadar keagamaan, ini simbol pengakuan,” ujar Ardiansyah. “Pesan moralnya kuat. Bahwa pemerintah hari ini melihat semua wilayah dengan cara yang setara. Bahwa yang dulu dianggap pinggiran, kini menjadi pusat.”

Pemimpin dan Kerendahan Hati

Shalat Idul Adha di Masjid Raya As-Syuhada dipimpin oleh Dr. (Cand.) Hamdan Hasan, M.Ag. sebagai imam sekaligus khatib. Dalam suasana yang penuh khidmat, warga Payahe dan sekitarnya memenuhi pelataran masjid.

Wali Kota Muhammad Sinen, dalam wawancara seusai salat, menyampaikan rasa haru dan terima kasih.

“Hari ini baru pertama kali, sejak saya menjadi Wakil Wali Kota dua periode. Saya ucapkan terima kasih kepada masyarakat Oba, khususnya Kelurahan Payahe, yang menerima saya untuk salat berjamaah di sini,” tuturnya.

Dengan suara bergetar, ia menambahkan: “Insyaallah diterima oleh Allah SWT. Semoga kita diberi nikmat kesehatan, umur panjang, dan kerja sama ini tetap terjaga. Sukur dofu-dofu.”

Penanda Perubahan

Momentum Idul Adha kali ini seolah menjadi penanda bahwa pembangunan bukan hanya soal beton dan aspal. Ia juga menyentuh soal rasa, pengakuan, dan partisipasi. Oba, yang selama ini disebut hanya sebagai pelengkap, kini mulai membuka halaman baru.

Tahun ini, Idul Adha di Payahe bukan hanya soal shalat, bukan hanya soal kurban. Ia adalah kisah tentang kota yang mulai belajar untuk lebih adil terhadap semua anak-anaknya.(Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.