Di Balik May Day, Disnakertrans Malut Bersiap Menjadi Garda Terdepan Hak Pekerja

oleh -128 Dilihat
oleh

SOFIFI-  Di tengah gegap gempita peringatan Hari Buruh Internasional, 1 Mei 2025, ada yang bergerak senyap namun tegas di belakang panggung: Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Maluku Utara.

Di bawah kepemimpinan Marwan Polisiri, Disnakertrans tak sekadar hadir dengan spanduk ucapan selamat atau seremonial belaka. Mereka datang dengan janji konkret: memperkuat pengawasan di sektor industri, terutama tambang, yang selama ini kerap menyisakan cerita pilu kecelakaan kerja.

“Idealnya, setiap tambang mengusung prinsip Zero Accident. Tapi realitasnya, selalu ada celah yang luput. Karena itu, kami siapkan respons cepat. Dalam 1×24 jam, tim pengawas sudah harus bergerak,” ujar Marwan ketika ditemui seusai agenda internal, Jumat (2/5/2025).

Langkah itu bukan sekadar wacana. Disnakertrans, tegas Marwan, punya mekanisme yang berjalan: mulai dari nota peringatan pertama, kedua, hingga ketiga. Jika perusahaan masih membandel, jerat pidana sudah menanti. “Kami tidak main-main soal hak buruh,” katanya.

Yang menarik, Marwan tak buru-buru menunjuk hidung pekerja saat insiden terjadi. “Sebagian besar kecelakaan itu karena pelanggaran SOP. Tapi apakah kita lantas menyalahkan pekerja? Tidak sesederhana itu. Kita harus lihat ke atas: siapa pengawasnya, bagaimana SOP diterapkan, sejauh mana manajemen punya sistem kontrol yang berjalan,” jelasnya.

Disnakertrans, yang diperkuat oleh pengawas dengan status Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS), punya wewenang lebih dari sekadar mencatat angka. Mereka turun menelisik, menilai, dan jika perlu, mengusut dugaan kelalaian berat yang berujung pidana.

Di mata Marwan, May Day bukan sekadar milik serikat buruh. Lebih dari itu, ia adalah panggung bersama: antara negara, pengusaha, dan pekerja. “May Day bukan cuma milik buruh. Ini milik semua pemangku kepentingan. Negara harus hadir, dan Disnakertrans bagian dari wajah negara itu,” ujarnya.

Di tanah Maluku Utara yang kaya mineral namun rentan konflik kepentingan, suara seperti Marwan mungkin terdengar pelan di tengah riuh tambang. Tapi justru suara pelan itulah yang kadang menentukan arah sejarah: apakah kita berjalan sebagai bangsa yang menghargai nyawa dan hak, atau sekadar menghitung untung-rugi di atas punggung para pekerja.(red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.