Kericuhan di Gurabati: Walikota Tidore Minta Evaluasi Wasit dan Penegakan Keamanan di Turnamen Sepak Bola

oleh -129 Dilihat
oleh

TIDORE – Sorak-sorai berubah jadi sorotan. Pertandingan antara PUSAM Tomalou dan Persiga Gamtufkange di ajang Gurabati Open Tournament XXVII berakhir tanpa gol, namun justru memicu sesuatu yang lebih bising dari peluit wasit bentrokan antar suporter.

Di tribun, ketegangan meletup. Di lapangan, aparat keamanan mulai berjibaku menenangkan situasi. Dan di luar stadion, gema pertanyaan tentang masa depan turnamen ini mulai terdengar: apakah sportivitas masih menjadi roh utama?

Walikota Tidore, Muhammad Sinen lebih dikenal warga sebagai Ayah Erik turun tangan. Ia tak sekadar hadir, tapi berbicara lugas. “Saya sudah minta agar manajer tim dan koordinator suporter duduk satu meja bersama Polresta Tidore dan panitia. Kita butuh ruang dialog, bukan bara konflik,” ujarnya.

Ayah Erik menyebut bahwa insiden ini bukan yang pertama. Ia menyinggung sejumlah kejadian sebelumnya yang mulai mengusik semangat fair play. Dan ujung tombaknya, menurut dia, ada pada wasit.

“Panitia harus serius evaluasi perangkat pertandingan. Kalau perlu, datangkan wasit dari luar Maluku Utara. Kita tidak bisa biarkan opini publik tumbuh liar dengan curiga bahwa ada keberpihakan. Itu racun yang bisa merusak turnamen ini dari dalam,” katanya.

Di balik kritik itu, ada satu akar masalah yang disebut Walikota sebagai “pemantik yang tak pernah absen” minuman keras. Ia menyayangkan kejadian sore tadi yang lagi-lagi dipicu oleh penonton yang diduga terpengaruh alkohol. “Padahal saya sudah tegaskan sejak pembukaan, jangan izinkan penonton yang bau miras masuk ke stadion. Tapi faktanya, masih terjadi. Ini aneh dan harus segera diperbaiki,” tegasnya.

Seruannya tak hanya ditujukan pada panitia atau pihak keamanan. Ia mengajak semua pihak pemain, suporter, warga kota untuk menjaga semangat kebersamaan yang selama ini jadi identitas Tidore.

“Kita ini satu kota. Mari jaga rumah kita. Jangan hancurkan nama baik turnamen ini hanya karena emosi sesaat atau rasa tak puas terhadap keputusan wasit,” tutupnya.

Gurabati Open Tournament, yang selama ini jadi etalase bakat dan semangat pemuda Tidore, kini berada di persimpangan. Mampukah ia tetap jadi ruang kegembiraan rakyat? Ataukah akan berubah jadi panggung pertarungan ego dan dendam? Jawabannya tergantung pada kita semua. (AA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.